P. Adrianus (Guru SMP dan SMA Santo Fransiskus
Asisi Pontianak)
Guru mempunyai fungsi, peranan,
dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan bangsa, sehingga upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia
beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur
dapat dicapai oleh suatu bangsa dengan memiliki guru yang berkualitas.
Agar menjadi guru berkualitas
diperlukan guru-guru yang memiliki kompetensi yang harusnya baik. Guru harus
berkompetensi pedagogik, berkompetensi kepribadian, berkompetensi sosial, dan
berkompetensi profesional. Keempat kompetensi ini merupakan satu kesatuan yang
tak boleh dipisahkan dalam diri seorang guru, karena kompetensi tersebut adalah
empat dalam satu diri guru. Ini ibarat slogan “all for one, one for all”
miliknya The Three Musketeers di Inggris sana.
Guru inspiratif merupakan dambaan
setiap dari guru di Indonesia, termasuk penulis. Setelah membaca buku buah
karya Acep Yonny dan Sri Rahayu Yunus (2011) dengan judul “Begini Cara Menjadi
Guru Inspiratif dan Disenangi Siswa”, penulis menemukan bahwa jika kita sebagai
guru masih merasa kurang dalam mendampingi siswa di kelas, maka kita dapat
menumbuhkan dan mengembangkan diri kita supaya dapat menjadi guru inspiratif.
Lalu, bagaimana caranya menjadi
guru inspiratif? Bagaimana caranya menjadi guru yang disenangi siswa? Ternyata
tidak perlu biaya mahal, kita hanya perlu 11 M. Kesebelas M itu akan
disampaikan berikut, sesuai dengan buku karya Acep Yonny dan Sri Rahayu Yunus
yang penulis jelaskan berdasarkan pengalaman belajar dari penulis.
M yang pertama adalah menunjukkan
keterbukaan dalam perencanaan dan kegiatan mengajar. Inti dari M ini adalah
menunjukkan keterbukaan. Hal yang dibuka adalah dalam perencanaan dan juga
kegiatan mengajar (baca: KBM). Di awal KBM guru perlu menjelaskan mengenai
tujuan dari materi atau standar kompetensi, atau kompetensi dasar.
Hal-hal yang dibuka adalah
mengenai RPP, silabus, menjelaskan dasar penentuan KKM, dan mungkin saja
mengenai urut-urutan materi atau SK/KD. Dengan keterbukaan pada siswa dan
seluruh masyarakat sekolah, interaksi antara guru dan siswa menjadi demikian
mudah di kemudian hari, terutama hari-hari diadakannya KBM.
M yang kedua adalah menjadikan
materi pelajaran berguna bagi kehidupan nyata siswa. Materi pelajaran harus
“mendarat di bumi” masyarakat, sehingga siswa sebagai peserta belajar merasakan
adanya manfaat dari materi yang kita pelajaran. Guru dalam menyampaikan materi
harus mencari cara agar materi yang dipelajari ada bersinggungan dengan
kehidupan siswa di masyarakat atau kehidupan di masyarakat. Sekolah bukan hanya
untuk pengetahuan, tapi untuk kehidupan.
M yang ketiga adalah
mempertimbangkan alternatif cara penyampaian isi pelajaran kepada siswa.
Lagi-lagi, guru dituntut jeli dalam memilih metode belajar. Banyak metode,
misalnya ceramah, mencatat, diskusi, dan bermain peran.
Jika kita mengelompokkan siswa
menurut gaya belajarnya, maka siswa visual dibelajarkan dengan metode
visualisasi, melalui gambar berwarna atau video atau diminta mereka bercerita.
Siswa auditori, lebih baik dengan metode bercerita atau bermain peran, atau
diskusi kelompok. Sedangkan, siswa kinestetik dibelajarkan dengan metode
simulasi atau praktik atau aktivitas yang sifatnya menantang. Jika homogen,
maka digunakan strategi kombinasi.
M yang keempat yaitu mampu
mengatasi kondisi yang mendesak. Guru dengan modal M yang keempat harus mampu
dan cepat mengatasi kondisi yang mendesak untuk diselesaikan, misalnya siswa
terlambat, guru segera memberikan instruksi kepada siswa agar menyelesaikan
kasus ini kepada guru piket. Sudah siap-siap mengajar, eh... kelas masih kotor,
segera ambil tindakan, siswa yang piket hari tersebut agar segera membersihkan
kelas. Kelas gaduh atau ribut saat PBM, guru inspiratif dapat dengan segera
mengambil tindakan tegas.
M yang kelima yaitu menggunakan
humor secara porposional dalam menciptakan situasi kegiatan belajar siswa agar
menjadi menarik. Point ini adalah humor dalam PBM. Selingan kelucuan menjadi
bumbu yang dapat mengusir rasa kantuk siswa atau hilangnya konsentrasi siswa
ketika PBM. Bacalah buku-buku humor, nanti lama kelamaan dapat membuat humor
sendiri, karya sendiri.
M yang keenam yaitu mendorong
siswa untuk berpikir melalui pendekatan pengajaran problematik. Guru inspiratif
yang disenangi siswa mampu menciptakan situasi pengajaran yang menantang.
Misalnya, siswa diberi tugas untuk memecahkan suatu kasus atau kegiatan yang
dapat bersumber dari masyarakat di suatu negara. Bisa jadi, masalah-masalah
yang dijumpai di sekitar sekolah, rumahnya, atau lingkungan tempat tinggalnya.
M yang ketujuh yaitu menunjukkan
perilaku demokratis dan tenggang rasa kepada semua siswa. Guru inspiratif perlu
perilaku demokratis dan tenggang rasa. Perilaku demokratis ditunjukkan dalam
kegiatan PBM atau di lingkungan sekolah. Tidak pilih kasih, memandang semua
siswa sama rasa dan sama rata. Dalam melaksanakan PBM menunjukkan semangat demokratis.
Perlu juga, adalah tenggang rasa. Siswa yang pintar dengan siswa yang bodoh
(baca: belum pintar) sama saja. Tidak meremehkan siswa yang tidak cerdas,
karena sebenarnya semua siswa adalah cerdas adanya. Apalagi sampai mengucapkan
kata-kata bodoh kepada siswa yang remedial tak remedial (bodoh).
M yang kedelapan yaitu memberi
respons terhadap kelas. Mendengarkan, disiplin, kesulitan siswa. Guru
inspiratif juga perlu memberikan respons terhadap kelas, bentuknya adalah
mendengarkan keluhan, amarah, masalah-masalah yang dimiliki oleh siswa.
Terhadap siswa yang disiplin perlu diingatkan atau diminta membuat perjanjian
tertulis, memberikan pujian proporsional dan profesional, sedangkan yang
terlambat datang, segera diberikan sanksi, tentu sifatnya mendidik.
M yang kesembilan yaitu memandang
siswa sebagai partner dalam kegiatan mengajar guru. Dalam konsep kekinian dalam
proses pendidikan, bahwa siswa dipandang sebagai partner belajar guru. Siswa
bukan lagi menjadi objek dari pada sebuah PBM, tapi adalah subjek dari PBM.
Bahkan, kini siswa dapat menjadi tutor (guru) bagi kawan-kawannya, tinggal guru
yang menjadi “dirijen” sebuah konser yang bernama konser pendidikan tersebut di
panggung kelas.
M yang kesepuluh yaitu menilai
siswa berdasarkan faktor-faktor yang memadai. Guru inspiratif dengan modelitas
yang kesepuluh adalah mampu memberikan nilai, tentu dengan dasar pijakan adalah
psikologi perkembangan diri siswa. Sesuai dengan ranah Bloom, bahwa guru yang
baik sedapat mungkin memberikan nilai menyentuh ranah kognitif, psikomotorik,
dan afektif. Ditambah lagi, adalah mempertimbangkan pendidikan karakter dan
penanaman nilai-nilai universalitas kehidupan yang hakiki.
M yang kesebelas yaitu memberikan
hadiah dan hukuman secara berkesinambungan sesuai dengan keadaan siswa. Ini
adalah M yang terakhir, yaitu memberikan hadiah secara berkesinambungan,
artinya tiada henti, selama PBM masih berlangsung guru terus memberikan hadiah
kepada siswa yang menunjukkan prestasi progres. Hadiah dapat berupa cendera
mata yang tidak harus mahal, tepuk tangan, atau pujian yang tidak berlebihan.
Hal lain yang tidak boleh
dilupakan adalah hukuman. Misalnya terhadap siswa yang nilainya tidak tuntas,
diberikan hukuman membaca buku dengan dampingan guru, atau belajar ulang materi
yang tidak tuntas tersebut dan didampingi, atau siswa tersebut diberi sanksi,
mencari tutor teman sebaya. Setelah itu, diadakan ulangan perbaikan.
Dengan modalitas 11 M langkah di
atas, semoga semua guru menjadi inspiratif bagi siswa-siswa di kelas (sekolah),
sehingga kita dapat melahirkan manusia yang utuh sesuai dengan cita-cita
pendiri bangsa kita, yaitu membawa bangsa Indonesia ke dalam gerbang
kemerdekaan sebagai anak bangsa dan dapat menyejajarkan diri dengan
bangsa-bangsa lain di dunia ini.
0 komentar:
Post a Comment